Jumat, 29 Maret 2019

Khusyuk dalam Shalat adalah Anugerah dan Bukan Karena Usaha Sendiri

kyusuk dalam shalat adalah anugerah
Apa makna dan maksud khusyuk dalam shalat yang sesungguhnya, bagaimanakah cara dan metode yang benar dalam meraih shalat khusyuk sehingga kita betul-betul merasakan nikmatnya shalat dalam menghadap dan berdialog dengan Tuhan.

Khusyuk dalam sholat adalah peberian Allah kepada hamba-Nya, barangsiapa yang telah merasakan manisnya khusyuk dalam shalat berarti Allah telah memberinya nikmat yang besar.

Tidak ada satupun manusia yang bisa menghadirkan atau membuat khusyuk dalam shalatnya, hatta seorang sayyidina Ali yang gagal ketika di tes oleh Rasulullah, apalagi kita sebagai muslim biasa.

Lalu apakah shalat kita sebagai orang awam yang ketika shalat lebih banyak ingatannya kepada dunia daripada ingat Allah tidak diterima? Dari sisi manakah penilaian khusyuk dalam shalat itu yang sesungguhnya. Kalau Allah menilai shalat menurut tingkat kekhusyukan sudah barang tentu akan banyak shalat kita yang tidak akan diterima.

Dalam dunia tasawuf dikatakan bahwa khusyuk bukanlah hal yang dinilai oleh Allah, tapi usahamu untuk khusyuk yaitu ketika pikiranmu melayang dan engkau berusaha untuk kembali ingat kepada Allah. Nah, usahamu untuk kembali dan usahamu untuk memelihara supaya tetap khusyuk itulah yang akan di nilai oleh Allah SWT. sebab tidak ada yang mampu menghadirkan khusyuk kecuali Allah sendiri.

Dalam memahamai makna khusyuk ini, Tuangku Syeikh Muhammad Ali Hanafiah, mursyid thariqah dan pimpinan Dewan Ulama Thariqah Indonesia/ASEAN mengatakan dalam Ilham Sirr-nya;
Wahai Hamba-Ku:
Kekhusukkan dirimu pada-Ku bukanlah ternilai daripada khusuk itu sendiri akan tetapi ia Kulihat dan Kunilai terhadap usahamu di dalam memeliharanya. Dan bahwasanya Akulah Yang sanggup mengkhusukkanmu kepada-Ku. Maka dengannya tiada Kuletakkan penilaian padamu melainkan hanya melalui niat dan usahamu untuk-Ku. Dan nyatakan “Cukuplah Allah Tuhanku Yang berkehendak atasku hingga tiada yang lebih baik selain aku berada dalam kedudukan berniat dan berusaha di hadapan-Nya”.
Artikel terkait:

Yang bisa dipahami dari ilham sirr di atas adalah bahwa khusuk itu bukanlah sesuatu yang bisa kita peroleh lewat usaha kita, tetapi ia adalah anugerah Allah SWT.

Yang justru dilihat dan dinilai adalah niat dan usaha kita untuk memelihara khusuk tersebut. Jadi meskipun kita mungkin berkali-kali jatuh (perhatian kita teralih) dalam shalat kita, tetapi kita tetap berusaha kembali bangkit mengembalikan perhatian dan rasa kita kepada Allah, maka hal itu sudah dinilai khusuk dalam pandangan Allah.

Allah tidak pernah menjatuhkan penilaian kepada hasil, karena hasil itu sendiri adalah anugerah-Nya. Yang justru dinilai adalah proses untuk mencapai hasil itu.

Dengan demikian, sesungguhnya harta yang paling berharga dalam hidup dan kehidupan ini yang padanya Allah SWT menujukan penilaian adalah pada niat dan usaha kita. Di luar niat dan usaha, hanya Allah yang mengetahui dan menentukannya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupamu dan hartamu, tetapi Allah melihat hatimu dan amalmu"

Baca Juga:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.