Rabu, 30 September 2015

Zat Allah Berada Dibalik Rasa "Dekat Tak Berjarak Jauh Tak Berperantara"

Pencerahan rasa 3
Oleh: Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah
Zat Allah berada di balik rasa
Majelis Tarekat Qodiriyah Hanafiah

Setelah di yakini bahwa rasa kedekatan dengan Tuhan merupakan pemberian Tuhan, maka jadikanlah rasa dekat sebagai sarana dan jembatan jiwa untuk memandang Zat Tuhan di balik rasa tersebut. hanya ZatNya yang sanggup menerbitkan rasa kedekatan, mustahil selain ZatNya yang berada di balik rasa tersebut. Contoh, bila kedua mata kita di tutup hingga tidak sedikitpun celah untuk melihat, kemudian saat itu lidah kita merasakan pedas, maka secara spontan kita menyatakan pedas itu pasti berasal dari cabe. Demikian juga, saat kita merasakan manis, maka kita mengatakan itu adalah gula, walau kedua mata kita telah tertutup rapat.

Nah, ketika kita dapat merasakan dekat dengan Tuhan, apakah itu di saat sholat, zikir atau dimana dan kapanpun, mengapa kita tidak meyakini sumber kedekatan rasa pada diri kita tersebut adalah Zat Tuhan.
Maka hendaklah jatuhkan pandangan Zat Tuhan tanpa ada jarak dan perantara dengan kita.

Disinilah kita dapat melihat Tuhan tanpa ada jarak dan pembatas. Disinilah kita melihat Tuhan itu nyata tapa ada bentuk maupun wujud, tanpa warna namun jelas, hampa namun terang, lebih terang dari segala yang bercahaya.

Mengapa kita meyakini rasa pedas dari cabe?
Mengapa kita dapat memastikan rasa manis dari gula?
Sebab kita takut di katakan bodoh dan hanya orang kehilangan akal yang mengatakan
Rasa pedas dari gula, dan
Rasa manis dari cabe.

Kita dapat memastikan bahwa di balik rasa pedas itu ada cabe sebagai zatnya, begitupun di balik manis mesti ada gula sebagai zatnya.
Demikian juga, ketika merasakan keberadaan diri kita, di balik rasa yang merasakan tersebut, pasti adalah kita sebagai zatnya.

Kedekatan dengan Tuhan merupakan milik Tuhan, sebagai pemberianNya kepada kita. Di balik rasa kedekatan tersebut adalah berdiri Zat Tuhan sebagai satu satunya pemilik rasa dekat. Disitulah tujuan pandangan mata hati kita tumpukan
inilah yang di maksud dengan;

" MEMANDANG TUHAN "

ini juga yang di maksud dengan ungkapan para sufi;

" AKU MENGENAL TUHAN DENGAN TUHANKU "

dan ungkapan lain;

" TUHAN DEKAT TIDAK BERSATU, JAUH TIDAKLAH BERPERANTARA "

Sesungguhnya para sufi sering terjebak dalam rasa dan perasaannya sendiri, sehingga keberadaan Tuhan sekedar di rasa atau di raba di dalam diri mereka, yang menyebabkan mereka jatuh dalam kesesatan yang di ciptakan rasa dan perasaan mereka sendiri.
Bilamana mereka menjadikan rasa dekat yang di dapatinya hanya sebagai jembatan atau batu loncatan untuk memandang Tuhannya, maka di saat itulah perjalanan menuju kenikmatan indahnya cinta Ilahi berawal tanpa ada sedikitpun keraguan pada hati mereka.

Lihat videonya kajiannya di sini :
Tuangku Syeikh Muhammad Ali Hanafiah - Makna LAAILAHAILLALLAH


Artikel terkait:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.