Selasa, 03 Januari 2017

Adab Dan Teori Dakwah Buya HAMKA - Nasehat Untuk Dai & Mubaligh



Buya HAMKA Adalah ulama besar Indonesia dari Minangkabau yang sangat disegani dan dikagumi oleh masyarakat internasional, beliau adalah pengarang kitab tafsir Al-Azhar, seorang seniman dan penulis terkenal. Pernah menjadi Ketua MUI dan ketua Umum PP Muhammadiyah.

Dalam dunia dakwah Buya HAMKA dikenal dengan kesejukannya, dan ke-melayu-an logat bahasa yang beliau gunakan mungkin itu sebabnya Buya HAMKA sangat terkenal di negara Melayu seperti malaysia.

Ada bebberapa nasehat dari Buya HAMKA tentang dakwah yang patut dijadikan bahan renungan bagi para da'i dan mubaligh. Ternyata dakwah itu buka sekedar koar-koar di mimbar baca satu ayat dan satu hadits, terima amplop dan pergi. Wejangan Buya HAMKA di bawah ini juga penting untuk dilaksanakn oleh kebanyakn para ustadz sekarang yang lebih suka mencaci maki kelompok lain, suka mencari-cari aib muslim diluar alirannya dan menganggap kelompok mereka paling bersih dan paling nyunnah, supaya ustadz-ustadz model begitu segara sadar bahwa dakwah adalah sebuah pekerjaan berat yang membutuhkan hati yang bersih dan niat yang ikhlas.


DAKWAH MENURUT BUYA HAMKA

▫Dakwah itu membina, bukan menghina.
▫Dakwah itu mendidik, bukan membidik.
▫Dakwah itu mengobati, bukan melukai
▫Dakwah itu mengukuhkan bukan meruntuhkan.
▫Dakwah itu saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
▫Dakwah itu mengajak, bukan mengejek.
▫Dakwah itu menyejukkan, bukan memojokkan.
▫Dakwah itu mengajar, bukan menghajar.
▫Dakwah itu saling belajar, bukan saling bertengkar.
▫Dakwah itu menasehati bukan mencaci maki.
▫Dakwah itu merangkul bukan memukul.
▫Dakwah itu ngajak bersabar, bukan ngajak mencakar.
▫Dakwah itu argumentative, bukan provokatif.
▫Dakwah itu bergerak cepat, bukan sibuk berdebat.
▫Dakwah itu realistis bukan fantastis.
▫Dakwah itu mencerdaskan, bukan membodohkan.
▫Dakwah itu menawarkan solusi bukan mengumbar janji.
▫Dakwah itu berlomba dalam kebaikan bukan berlomba saling menjatuhkan.
▫Dakwah itu menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat.
▫Dakwah itu memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru.
▫Dakwah itu mengatasi keadaan bukan meratapi kenyataan.
▫Dakwah itu pandai memikat, bukan mahir mengumpat.
▫Dakwah itu menebar kebaikan bukan mengorek kesalahan.
▫Dakwah itu menutup aib dan memperbaikinya, bukan mencari-cari aib dan menyebarkannya.
▫Dakwah itu menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran.
▫Dakwah itu mendukung semua program kebaikan, bukan memunculkan keraguan.
▫Dakwah itu memberi senyum manis, bukan menjatuhkan vonis.
▫Dakwah itu berletih-letih menanggung problema umat, bukan "meletihkan umat.
▫Dakwah itu menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan.
▫Dakwah itu kompak dalam perbedaan, bukan ribut mengklaim kebenaran.
▫Dakwah itu siap menghadapi musuh, bukan selalu mencari musuh.
▫Dakwah itu mencari teman, bukan mencari lawan.
▫Dakwah itu melawan kesesatan bukan, mengotak atik kebenaran.
▫Dakwah itu asyik dalam kebersamaan bukan, bangga dengan kesendirian.
▫Dakwah itu menampung semua lapisan,bukan memecah belah persatuan.
▫Dakwah itu kita mengatakan: "aku cinta kamu"bukan, "aku benci kamu"
▫Dakwah itu kita mengatakan: "Mari bersama kami", bukan "Kamu harus ikut kami".
▫Dakwah itu"biaya Sendiri, bukan dibiayai/disponsori.
▫Dakwah itu "habis berapa ?", bukan "dapat berapa ?"
▫Dakwah itu memanggil/mendatangi, bukan dipanggil/Panggilan"
▫Dakwah itu saling islah, bukan saling salah.
▫Dakwah itu di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga dimana saja,      bukan hanya di pengajian.
▫Dakwah itu dengan  cara nabi, bukan dengan cara Sendiri.

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.