Senin, 01 Mei 2017

Balimau Tradisi Atau Syariat dalam Menyambut Bulan Puasa?

balimau tradisi atau syariat

Sebentar lagi bulan puasa akan mendatangi kita, bulan yang suci tentu layaknya disambut pula dengan hati yang suci. Datangnya Bulan Ramadhan yang penuh berkah, penuh ampunan dan rahmat tentu membuat gembira hati setiap orang yang mengaku beragama Islam. Bermacam cara dan acara yang dibuat untuk menyambut kedatangan bulan penuh berkah itu. Salah satunya yang terkenal adalah acara BALIMAU. Tradisi balimau sudah terkenal sejak dahulu terutama di daerah Sumatera Barat terutama di Pangkalan dengan POTANG BALIMAU dan di Riau dengan acara BALIMAU KASAI atau Petang Megang.

Balimau adalah mandi dengan membasahi seluruh tubuh terutama kepala dengan menggunakan rempah-rempah alami terutama jeruk nipis dan lain-lain. Balimau ini di lakukan sehari menjelang masuknya Bulan Ramadhan atau sore menjelang magrib Ramadhan, dan biasanya mandi balimau ini dilakukan di sungai atau di tempat terbuka.

Pertanyaan.
Adakah perbuatan balimau dengan jeruk nipis dilakukan oleh nabi ketika menyambut bulan suci Ramadhan? Apakah balimau adalah syariat atau bidah atau hanya sebuah tradisi?

Jawaban.
Balimau adalah tradisi bukan syariat islam.

Balimau adalah kekayaan budaya Bangsa Indonesia, khazanah budaya yang wajib dilestarikan. Tradisi balimau berkaitan dengan ajaran Islam bukan di dalam islam itu sendiri, ini perlu dicamkan. Kaitannya adalah acaranya harus sehari menjelang kedatangan bulan ramadhan atau di penghujung Bulan Sya'ban, sebagai luapan kegembiraan menyambut datangnya bulan Ramadhan yang penuh berkah. Jadi jangan memandang tradisi Potang Balimau atau Balimau Kasai dari sudut pandang Syariat, karena tidak ada ajaran tersebut didalam ajaran Islam, tapi pandanglah dari segi kekayaan tradisi khazanah budaya Indonesia.

Pertanyaan.
Apakah kita sebagai umat islam tidak boleh mengahadiri acara balimau atau melaksanakan mandi dengan jeruk nipis di sore hari menjelang Ramadhan?

Jawaban.
Tergantung niatnya, acara balimau bukanlah syarat dan rukun untuk melaksanakan ibadah puasa, jika niatnya adalah sekedar untuk hiburan tentu boleh tapi harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada maksiat dan perbuatan tercela disana, apalagi mandi berbaur antara lelaki dan perempuan dewasa yang bukan muhrim,jika ada lebih baik ditinggalkan.
Mandi dengan jeruk nipis dan rempah lainnya juga bukan syarat untuk masuk puasa. Tidak ada salahnya mandi dengan rempah tersebut, dan tidak salah juga meninggalkannya. Salahnya adalah jika hal tersebut dianggap sebagai sebuah syarat yang mutlak atau sebuah perbuatan yang mesti dilakukan, jika tidak ada mandi balimau maka puasanya tidak sah, inilah yang bidah dan dilarang. Niatkanlah mandi balimau hanya sekedar untuk membersihkan badan atau mandi biasa. Ingat, mandi dengan air dan rempah-rempah tidak mampu untuk membersihkan hati. Karena hal yang terpenting dalam menyambut bulan suci ramadhan adalah kebersihan hati yang hanya bisa dicapai dengan saling memaafkan dan saling bersilaturrahmi.

Islam tidaklah anti tradisi, islam anti maksiat dan kemungkaran. Jika terdapat maksiat dan kemungkaran dalam acara mandi balimau maka yang dihilangkan adalah maksiat dan kemungkarannya, bukan tradisinya.

Baca juga:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.