Jumat, 30 November 2018

Sufi dan Wahabi Bagaikan Minyak dengan Air Takkan Pernah Bersatu

sufi dan wahabi takkan pernah bersatu

Antara Sufi dan Wahabi

Selama kurang lebih dua tahun saya belajar ilmu Tasawuf kepada Syekh Yusri, salah seorang ulama besar al-Azhar yang juga ahli dalam bidang Hadits dan Fikih, saya semakin yakin seyakin yakinnya bahwa ajaran Islam yang hakiki itu benar-benar saya temukan pada ajaran para Sufi yang senantiasa menebar cinta dan harmoni, bukan pada Islam Wahabi yang kerap menebar benci dan menodai kesucian ajaran Nabi.

Ajaran para sufi senantiasa berfokus pada penempaan hati dan upaya untuk mendekatkan manusia sedekat-dekatnya dengan Yang MahaSuci. Itulah inti dari ajaran para sufi yang selama ini didiskreditkan oleh orang-orang Wahabi.

Mereka ingin hidup di dunia ini dengan kesadaran bahwa mereka berasal dari Yang MahaSuci, hidup karena yang MahaSuci, dan kelak hanya akan kembali kepada Yang MahaSuci. Dan ajaran semacam ini pasti akan mampu mengantarkan kita menuju pintu kebahagiaan sejati, baik sekarang maupun di alam nanti.

Tapi ajaran Wahabi beda lagi. Ajaran mereka penuh dengan paradoks dan kekeruhan yang bisa membuat orang non-Muslim alergi melihat agama ini. Ajaran Wahabi kering dari inovasi dan dinamisasi. Ajaran Wahabi tak akan mampu bersanding mesra dengan denyut nadi perkembangan zaman yang terus-menerus berubah dari hari ke hari.

Dan yang lebih penting diingat lagi, ajaran Wahabi sangat berbahaya bagi NKRI, dan setiap ajaran yang potensial meluluh-lantahkan NKRI harus dibasmi dan tak boleh diampuni.

Jika kita ingin mengilustrasikan ajaran para Sufi dan ajaran Wahabi dalam perbandingan yang sangat sederhana sekali, maka pertama-tama coba palingkanlah wajah anda ke air bening yang dingin dan bersih dari bakteri, lalu kemudian bandingkan kejernihan air tersebut dengan tumpukan minyak jelantrah yang panas dan baru dipakai untuk menggoreng ikan teri berkali-kali.

Kalau diminum, perbedaan rasa antara keduanya sangat jelas sekali. Yang satu akan terasa menyegarkan dan bisa mengobati rasa haus setelah kencang berlari, dan yang satu lagi pasti akan membuat tenggorokan anda meleleh dan anda tak akan sudi untuk menggunakannya lagi.

Inilah ilustrasi sederhana untuk menjawab rahasia kenapa ajaran para Sufi dan Wahabi itu tak akan pernah berdamai sama sekali. Dan pertentangan tersebut masih berlanjut hingga saat ini.

Guru saya, Syekh Yusri, adalah orang yang telah menyadarkan saya akan fakta yang terang benderang ini. Hampi setiap kali mengaji, Sufi al-Azhar itu selalu menyinggung dua poin ini: Pertama, bagaimana menanamkan rasa cinta kepada Nabi. Kedua, mengkritik Wahabi tanpa ampun sama sekali.

Orang mungkin akan bertanya-tanya, mengapa harus mengkritik orang Wahabi padahal orang Wahabi sendiri merupakan bagian dari umat Nabi yang harus kita cintai? Jawabannya: yang dikritik adalah ideologi Wahabi, sementara orang Wahabinya tak boleh kita benci dan kita keluarkan dari ajaran Islam yang suci, karena mereka adalah bagian dari umat Nabi.

Ajaran Wahabi harus dikritik karena ajaran tersebut tak mencerminkan ajaran Nabi, meskipun jargon utama ialah "kembali kepada kita suci dan sunnah Nabi". Ajaran Wahabi harus ditolak karena ajaran tersebut dapat menjadi benalu di tubuh umat Islam sendiri. Ajaran Wahabi harus dikritik karena ajaran tersebut berbahaya bagi NKRI. Karena itu, ajaran Wahabi lebih baik disingkirkan saja dan tak usah dilirik sama sekali.

Pokoknya anda bisa memastikan sendiri, bahwa di manapun kaki anda tegak berdiri, anda tak akan menemukan seorang Sufi yang mengimani Wahabi, dan anda juga tak akan menemukan Wahabi yang mengimani ajaran para Sufi, kecuali jika kewahabiannya mulai luntur, mau belajar dan membuka diri.

Ilustrasi sederhananya seperti yang saya sebutkan tadi. Sebagaimana air bening yang bersih dari bakteri tak akan pernah bisa disatukan minyak jelantrah bekas menggoreng ikan teri, maka ajaran para Sufi dan Mazhab Wahabi itu sampai kapanpun tak akan pernah bersanding mesra dan bersatu sama sekali.

Solusinya hanya satu, tak ada yang lain lagi. Minyak jelantrahnya di buang dan tak usah dipakai lagi. Untuk apa minum minyak jelantrah kalau tersedia air bening yang bersih dari bakteri?

Sekarang, untuk mengetahui mana ajaran yang mencerminkan minyak jelantrah dan mana ajaran yang mencerminkan air bening yang bersih dari bakteri kita akan lihat perbandingan-perbandingan berikut ini:

Para sufi mengajarkan umat Islam untuk mencintai Tuhannya dengan sepenuh hati, tapi orang Wahabi kerjaannya nakut-nakuti sehingga ajaran Islam di mata mereka tampak sangat seram sekali.

Para sufi mengajarkan umat Islam bahwa Tuhan itu suci dari imajinasi inderawi, tapi orang Wahabi meyakini bahwa Tuhan itu punya tangan, mata dan kaki.

Para sufi senantiasa mendorong umat Islam untuk tak memutus cinta kepada Nabi, tapi orang Wahabi malah memandang bahwa Nabi itu sudah mati dan tak ada gunanya untuk dikunjungi.

Para sufi selalu mengajak umat Islam untuk mengagungkan Nabi, tapi orang Wahabi bisanya hanya menebar label syirik kepada orang yang mengangungkan Nabi mereka sendiri, tanpa mengemukakan argumentasi yang memadai sama sekali.

Para sufi meyakini bahwa seluruh manusia itu pada dasarnya suci dan harus dihormati, tapi orang Wahabi kadang menistakan dan mengafirkan orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengan sangat mudah sekali.

Para sufi senantiasa mengajarkan umat Islam untuk berbaik sangka kepada sesama Muslim selama ia mengikrarkan dua kalimat syahadat suci, dan ini seringkali ditekankan oleh Syekh Yusri, tapi orang Wahabi biasanya mudah sekali berburuk sangka kepada saudara mereka sendiri meskipun hanya memeriahkan hari kelahiran Nabi.

Para sufi tak mudah membidahkan praktek-praktek keagamaan baru yang tak ditemukan di zaman Nabi, seperti berzikir sambil menari, tapi orang Wahabi, lihat saja dengan mata kepala sendiri, sekali ada yang baru langsung disikat tanpa basa-basi.

Para sufi selalu menebar ajaran cinta dan harmoni, tapi orang Wahabi bisanya hanya menebar kebencian dan teriakan kata-kata sesat yang dibungkus lafaz-lafaz suci.

Para sufi selalu mengingatkan umat Islam untuk tak cinta kepada dunia yang penuh ilusi, sesuai pesan Nabi, tapi orang Wahabi, sibuk memerangi kemusyrikan, yang sejujurnya tak ditakutkan oleh Nabi sama sekali.

Para sufi mengajarkan umat Islam bahwa yang paling penting dalam beragama itu adalah substansi, tapi orang Wahabi hanya sibuk menghitamkan jidat, melebatkan jenggot dan mengenakan celana cingkrang di atas mata kaki.

Para sufi memandang bahwa menziarahi kuburan itu adalah bagian dari sunnah Nabi dan bisa memberikan pelajaran yang berarti, tapi orang Wahabi memandang bahwa ziarah kubur itu adalah praktek syirik yang harus dibasmi dan tak ada gunanya sama sekali.

Para sufi meyakini bahwa wali-wali Allah itu adalah orang-orang pilihan yang harus dihormati, tapi orang Wahabi mudah sekali mengafirkan para wali hanya karena tak mampu memahami bahasa mereka yang terlalu tinggi untuk dipahami.

Para sufi tak pernah mengafirkan orang-orang Wahabi, tapi orang Wahabi mudah sekali mengafirkan para Sufi.

Yang jadi pertanyaan kita saat ini: apakah kita akan memilih minyak jelantrah bekas menggoreng ikan teri, atau air bening yang bersih dari kumpulan bakteri? Silakan anda jawab sendiri.

Yang pasti, ajaran Wahabi telah menodai kesucian risalah Nabi. Ajaran Wahabi hanya menebar fanatisme dan kebencian di tubuh agama yang kita cintai ini. Bisanya mengajak umat Islam untuk berpegang teguh kepada al-Quran dan Sunnah Nabi, tapi nyatanya justru ajaran merekalah yang menodai dan mengeruhkan dua sumber utama tadi.

Ajaran Wahabi termasuk ajaran yang paling berbahaya untuk NKRI, tapi ajaran para Sufi akan sangat bermanfaat sekali karena dasar ajaran mereka adalah cinta dan upaya untuk meneladani sifat-sifat Tuhan yang MahaSuci.

Mari kita bumi lestarikan ajaran para Sufi, dan mari kita hancur-leburkan Mazhab Wahabi tanpa harus menjauhi dan membenci orang-orang Wahabi, karena baik Sufi maupun Wahabi, semuanya adalah umat Nabi. Allahumma Shalli 'alaihi.

Oleh: Muhammad Nuruddin

Selanjutnya:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.