Rabu, 09 Mei 2018

Hakikat Bai'at dalam Tarekat - Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah

hakikat baiat tarekat
Majelis Surau Suluk Rabbani Solok

Berbai’at kepada Mursyid merupakan hal yang mutlak dilakukan berdasarkan hati yang ikhlas tanpa ada unsur paksaan ataupun kepentingan yang lain kecuali berharap ridho Allah SWT.

Bai’atnya seorang murid kepada Mursyid merupakan bukti kelapangan hatinya untuk dibimbing dan dibina oleh Mursyid. Sebab berbai’at membawa ikatan ruhani yang lebih kental daripada ikatan darah. Bai’at merupakan peristiwa penting bagi seorang murid, dimana ia kembali terlahir secara ruhani. Dan setiap manusia pasti dilahirkan secara biologis namun tidak semua manusia dapat dilahirkan secara ruhani. Kelahiran ruhani merupakan awal manusia mengenal tujuan hidupnya dan belajar untuk mempersiapkan bekalnya menuju akhirat dan bertemu Allah SWT sebagai destinasi terakhirnya.

Bai’at tidak membatasi seorang murid untuk belajar dan menambah pengetahuannya kepada Mursyid Thariqah yang lain, selagi atas izin dan restu Mursyidnya yang pertama, namun terlebih dahulu ia harus menyempurnakan ilmu dan amalan yang diberikan Mursyidnya, sebab jika tidak maka permintaan bai’at terhadap Mursyid lain merupakan su’ul adab, menyalahi adab kepada Mursyid bahkan kepada pendahulu pendahulu Mursyid Thariqah sebelumnya.

Dalam dunia Thariqah, adab merupakan pintu ilmu, jika murid tidak memiliki adab, niscaya sebesar apapun gudang ilmu didepannya, bila tidak menemukan pintunya, ia akan selalu berputa-putar mengelilingi gudang tanpa pernah masuk kedalamnya.

Bai’at juga bagian daripada adab Mursyid kepada muridnya, karena seorang Mursyid wajib bertanggung jawab terhadap ilmu dan amalan yang telah diberikan kepada muridnya. Apabila seorang murid datang kepadanya lalu meminta untuk diambil bai’atnya, maka wajib bagi Mursyid untuk membuka hatinya menerima segala “kejelekan” dan “keburukan” yang tersembunyi didalam diri murid tersebut dengan hati yang tulus dengan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada Allah SWT. Maka karena hal tersebut, seorang murid dilarang keras bersangka buruk kepada Mursyidnya, sebab akan menyebabkan terputusnya bai’at.

Seseorang yang telah mengambil bai’at kepada seorang mursyid, itu merupakan suatu bertanda Allah SWT telah memberikan jalan yang tercepat menuju diri-Nya, dan murid tersebut mempunyai akses bathin kepada mursyid-mursyid sebelumnya hingga sampai kepada ruhani Baginda Nabi Besar Muhammad SAW (Golden Chain). Maka hal demikian itu, murid tidak pantas bermain-main atau menunda-nunda dalam amanah dan perintah Mursyid, sebab dia sudah masuk dalam wilayah “Tarbiyah Allah”. Apapun yang terjadi merupakan perintah-perintah Allah ta’ala yang tersembunyi dalam ucapan dan perintah Mursyidnya. Hanya Allah yang dapat menuntun seorang hamba sampai kepada diri-Nya, melalui keikhlasan dalam menjalani perintah Mursyidnya, selagi perintah tersebut tidak menjauhkan dirinya dari Al qur’an yang suci dan Sunnah yang mulia Nabi Muhammad SAW.

Artikel Terkait:

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.