Minggu, 28 Mei 2017

Ahoker Rame-Rame Jadikan dr. Fiera Lovita Sebagai Lahan Basah

Bukan Ahoker namanya kalau tak ahli dalam memutarbalikan fakta, takan bergabung dalam kelompok pembela para pencaci dan penghina tersebut kalau tidak pintar dalam memecah belah persatuan. Dimana ada pencaci dan penghina agama dan ulama, disana pasti ada ikut campur dari Ahokers, yakinlah!

Begitu juga dengan kasus penghinaan terbaru yang melibatkan seorang dokter RSUD Solok yakni dr. Fiera Lovita. Kasus ini sebetulnya sudah selesai diatas materai 6000. Yah, cukup hanya diatas materai 6000, begitulah umat islam yang sejati. Penghinaan dan kata-kata yang tak pantas bisa dimaafkan hanya dengan surat permohonan maaf saja, yang mana seharusnya penghinaan tersebut bisa berujung kepada ranah hukum, kurang toleransi mana lagi umat islam?

Kasus dr. Fiera Lovita ini ternyata menjadi " lahan basah " bagi pendukung penista agama alias Ahoker untuk menarik simpatik masyarakat, memancing di air keruh, membuat kerusuhan baru di jagad maya dengan memuat berita bohong tentang seorang dokter wanita sebatang kara yang diintimidasi oleh FPI.

Tanggapan FPI Sumbar tentang " Intimidasi " terhadap dr. Fiera Lovita

"FPI Sumbar tidak pernah mengintimidasi saudari dr FL. Kita tidak pernah menakut-nakuti beliau," ungkap Imam Besar FPI Sumbar Buya Busra saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (28/5/2017).

Menurut Buya, dokter FL sudah melakukan klarifikasi dan meminta maaf kepada umat Islam atas postingannya. Permintaan maaf itu juga disebut bukan karena ada intimidasi.

"Beliau minta maaf kepada umat Islam atas postingannya atas kesadarannya. Kemudian ada berita yang menyudutkan FPI, ini nyata-nyata fitnah yang keji dan setelah beliau minta maaf lagi, kita ormas-ormas Islam Sumbar sudah dianggap selesai dan pengakuan beliau juga begitu," jelasnya.

Baca: Dokter RSUD Fiera Lovita Menghina Ulama Akhirnya Minta Maaf

"Kita tidak terima bila ada berita fitnah kepada FPI Sumbar," lanjut Buya.

Buya menceritakan, awal permasalahan ini berawal dari postingan dr FL di Facebook yang menurutnya menyinggung umat Islam. Isi postingan dianggap sebagai bentuk kesalahpahaman dokter FL terhadap Imam Besar FPI Habib Rizieq.

"Kesalahpahaman itu menyebabkan dokter FL kurang senang kepada FPI dan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab," tuturnya.

Ormas-ormas Islam di Kota Solok pun disebut Buya kemudian lalu meminta klarifikasi kepada dokter FL. Pertemuan tersebut difasilitasi oleh rumah sakit tempat dokter FL bekerja di Kota Solok.

"Difasilitasi untuk bertemu baik-baik dan didampingi oleh pihak Kepolisian. Dalam pertemuan klarifikasi tersebut dr FL menyatakan bahwa beliau khilaf dan minta maaf kepada umat Islam Sumbar. Bagi ormas Islam apalagi FPI masalah itu dianggap selesai. Alhamdulillah," beber Buya.

Kemudian menurutnya sempat ada kesalahpahaman lagi dan dokter FL disebut-sebut mendapat intimidasi. Hal tersebut dianggap Buya sebagai bentuk fitnah terhadap FPI. Meski begitu, permasalahan pun akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

"Barusan kita Ormas-ormas Islam di Kota Solok Sumbar selesai pertemuan dengan Polresta Kota Solok klarifikasi segala masalah," terang Buya.

Sebelumnya diberitakan, kasus dokter FL ini sempat beredar melalui media sosial dan juga aplikasi instant messanger. Kabid Humas Polda Sumatera Barat, AKBP Syamsi mengatakan pesan berantai yang viral tersebut tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan.

Benar dokter FL mendapat protes dari satu ormas karena status Facebooknya, namun protes tersebut tak sampai mengancam keselamatan dokter FL. Permasalahan dapat diselesaikan dengan dimediasi pihak kepolisian dan dihadiri oleh kepala ruma sakit tempat dokter FL bekerja, dan perwakilan Kementerian Agama Kota Solok.

"Sehingga dituangkan lah dalam perjanjian tadi, surat permintaan maaf itu, yang dituangkan dalam surat, ditandatangani di atas materai. Kemudian ada kata sepakat permintaan maaf," ucap Samsi, Sabtu (27/5).

Syamsi juga menyampaikan ada orang tak bertanggungjawab yang memanfaatkan situasi ini dan mengarang cerita tentang intimidasi dokter FL. Cerita itulah yang menjadi viral dan beredar di masyarakat.

"Kemudian hari berikutnya ada postingan yang dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab, ini belum tahu siapa pihak-pihak tertentu yang mengatakan ibu itu diintimidasi, diteror. Postingan itulah yang tidak betul," kata Samsi.

"Ibu itu tidak membuat postingan itu. Sebenarnya setelah ada kata sepakat perdamaian, sudah selesai itu (masalah, red). Tapi karena muncul lagi postingan itu,viral-lah di media sosial," tandasnya


Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.