Rabu, 12 April 2017

Wahdatul Wujud - Untuk Apa Seorang Hamba Menyatu dengan Tuhan?

wihdatul wujud untuk apa
Prof. Ahmad Rahman ( paling kiri ) diantara khalifah Tarekat Qodiriyah Hanafiah

Pada tahun 2003, Majelis Rabani Padang bekerjasama dengan penerbit Rabbani Jakarta menerbitkan hasil penelitian saya dengan judul Kalam Ilham Ilahi (kemudian tahun 2004 diterbitkan penerbit Hikmah, kelompok Mizan dengan judul Sastra Ilahi). Saya diminta oleh Tuangku Muhammad Ali Hanafiah membuat kata pengantar sebagai peneliti. Dalam kata pengantar, saya kemukakan bahwa wahdah al-wujud adalah konsep tauhid yang paling tinggi dalam dunia tasawuf. Hal ini saya peroleh dari kuliah dan bacaan di S2 di IAIN Alauddin Makassar dan S3 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN), terutama disertasi alumni S3 IAIN Syarif Hidayatullah yang dipimpin oleh Prof. Dr. Harun Nasution.

Tulisan saya tentang wahdah al-wujud dicoret oleh Tuangku Muhammad Ali Hanafiah, kemudian saya mendapat keterangan, ia katakan: “Tidak ada sufi yang berpaham wahdah al-wujud. Untuk apa seorang hamba bersatu dengan Tuhan? Apakah seorang hamba kalau bersatu dengan Tuhan, menjadi Tuhan juga? Semakin dekat seorang hamba kepada Allah, semakin ia tawadu’, merasa lemah, tidak memiliki sesuatu, dan ketergantungannya kepada Allah sangat tinggi. Para sufi ingin mendapatkan maqam cinta, yang menghasilkan ridha terhadap apa yang diberikan Allah SWT karena cinta kepada Allah adalah maqam tertinggi”.

Sejak itu, saya kaget dan merasa membuat kesalahan karena dalam tesis saya tentang Tarekat Sammaniyah di Sulawesi Selatan, tahun 1997, saya memasukkan sebagian ajaran tarekat ini berpaham wahdah al-wujūd. Sebenarnya tidak ada ungkapan wahdah al-wujud dalam naskah-naskah Tarekat Sammaniyah yang saya peroleh. Namun karena pemahaman waktu itu bahwa ajaran tasawuf tertinggi adalah wahdah al-wujud, maka dicari-carilah materi yang kira-kira cocok untuk dimasukkan dalam sub bab wahdah al-wujud. Selain itu, Tarekat Sammaniyah di Sulawesi Selatan dituduh berpaham wahdah al-wujud.

Disertasi saya yang merupakan lanjutan dari tesis, membahas tentang penyebaran dan ajaran Tarekat Sammaniyah di Sulawesi Selatan. Tarekat ini dianggap ajarannya batil (bertentangan dengan syariat) oleh Syaikh Shidiq Dahlan seorang ulama dari Mekah, menetap di Garut, Jawa Barat. Ulama ini mengeluarkan fatwa tahun 1931, dibacakan di Mahkamah Syariat di Bone, disponsori oleh Raja Bone, La Mappanyukki, dan dihadiri 26 ulama di Sulawesi Selatan. Ketika saya menanyakan langsung kepada Khalifah Tarekat Sammaniyah di Sulawesi Selatan, terutama di Pattene Maros, Abdullah Puang Rala, saya lebih kaget lagi, karena selama ini mereka dituduh berpaham wahdah al-wujūd, tapi ia sendiri tidak tahu apa itu wahdah al-wujud. Hal ini juga berlaku pada Ibn Arabī yang dianggap pendiri paham wahdah al-wujud. Setelah diteliti semua hasil karyanya, ia tidak pernah menyebut wahdah al-wujud, kemudian lahirlah pendapat yang menyebut Ibn Arabī sesat, ahlu bid’ah, telah keluar dari Islam, bahkan terbit buku di Mesir yang diberi judul Tahafut Ibn Arabi. Ibn Arabi dalam kamus tasawuf (Istilahat al-Sufiyyah) sama sekali tidak menyebut istilah wahdah al-wujud. Mantan Syaikh Azhar, Abd al-Halim Mahmud yang dikenal sebagai Abu Al-Sufi menyatakan dalam bukunya al-Munqiz min al-Dalal li Hujjah al-Islam al-Gazali ma ’Abhath fi al-Tasawwuf wa Dirasat ‘an al-Imam al-Gazali bahwa paham wahdah al-wujud bukan paham para sufi, termasuk Ibn Arabi dan Hallaj.

Sepengetahuan penulis, sampai tahun 1970-an beberapa tulisan yang menyebut istilah wahdah al-wujud, hulul, dan ittihad sebagai paham yang tidak bersumber dari Islam. Pada tahun 1980-an, baru muncul tulisan yang menganggap paham ini sebagai paham ketuhanan yang paling tinggi.

Dikutip dari pengantar buku “Inilah Aku (Here I Am)” hal. xxxi-xxxiii (Jakarta: Rabbani Press, 2011)
Oleh: Prof. DR. Ahmad Rahman, M.Ag

Source: http://dewanulamathariqah.org

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.

1 comments so far

TIDAK ADA SATUPUN IMAM MAZHAB & IMAM HADITS (Bukhari, Muslim, annasai, tirmizi dll) YANG JADI IMAM / TOKOH TASAWUF SEBAGAI *BUKTI TASAWUF BUKAN SUNNAH*
Berkata Imam AlBabahary : ISLAM ADALAH SUNNAH
Dulu Paulus terperngaruh ajaran Pendeta Yahudi *PHILO* yang terperngaruh ajaran Yunani *SOPHY* (hingga sekarang dikenal istilah PHILO-SOPHY / Filu *SUFI)* yang katakan :

LOGOS = Malaikat tertinggi (Roh kudus versi Kristen)

Paulus memasukkan ke aqidah Kristen :

TUHAN jadi Roh Kudus (logos) lalu jadi yesus

SUFI BERAT JUGA IKUT YUNANI: TUHAN JADI LOGOS/NUR MUHAMMAD LALU JADI SEMUA WUJUD (WIHDATULWUJUD KUFUR)

SYIAH JUGA IKUT YUNAN : TUHAN JADI LOGOS/NUR ALI CIPTA NUR MUHAMMAD YG JADI SEMUA WUJUD

AWAM SUFI IKUTI SYIAH : TUHAN CIPTA NURMUHAMMAD LALU JADI SEMUA WUJUD

PADAHAL NUR MUHAMMAD = ZAT YG TAK ADA CUMA IKUT DONGENG YUNANI & SYIAH

Sufi baru Masuk ke Islam setelah masa Al Makmun yg bunuh Al Amin utk berkuasa yang menterjemahkan kitab-2 kaum Yunani yg sayangnya termasuk kitab yg bahas tentang Tuhan / Dewa (Filusufi / filsafat)

Perkataan-perkataan ‘Ulama Salaf Tentang Tasawuf

1. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia berkata:

Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: *“Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.”*
(Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)

sufiyyun mengatakan Kedustaan:

BAHWA MAM SYAFI’I MEMUJI SUFI / TASAWUF

(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)

PADAHAL Imam Syafi’i MENCELA mereka seperti perkataan beliau Rohimahullah

* Imam Asy-Syafii mengatakan:

“Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)

Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata:
“Tidaklah ada seorang yang berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari, kemudian akalnya akan kembali selama-lamanya.

Dan beliau membacakan syair:
ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف

Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas
(Talbis Iblis hal. 371)

* Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar landasan tasawwuf adalah kemalasan.”*
(Al-Hilyah 9/136-137)

Sebagai tambahan.

suatu waktu Imam Waki (salah satu guru Imam Asy-Syafii) berkata kepada Sufyan bin ‘Ashim:
“Kenapa engkau meninggalkan hadits Hisyam?”

Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman dengan satu kaum dari sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka, kemudian mereka berkata:

*'Jika kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami akan berpisah denganmu’.”*

Maka Imam Waki’ berkata: *“Sesungguhnya ada kedunguan pada mereka.”*

(Talbis Iblis hal 371-372)

Nukilan :
ULAMA KIBAR ARAB TEGUH MEMEGANG SUNNAH UNTUK TAK BERI SELAMAT PADA BID'AH KRISTEN NATAL (Haul/maulid Yesus)
BEDA DENGAN TOKOH-2 SUFI & HIZBI LAINNYA

Ucapan Selamat Natal HabibAlial-Jufri &Ulama-UlamaAl ...1 hari yang lalu ...Ulamabesar yg membolehkan: syekh mustafa az-zarqa, yusuf qardhawi,alijumah, syekhul azhar thayyeb, syekh bin bayyah, wahbahzuhaili, habib umar, habibali... A Zainal Abidin Abd@zabid90 25/12/201707:23:36 WIB.chirpstory.com >Top>Category>Public Figure>Famous People


Nukilan :

*Latar Belakang Munculnya Tasawuf*

Menurut al-Dzahabi, *istilah sufi mulai dikenal pada abad ke-2 Hijriyah, tepatnya tahun 150 H*

Orang pertama yang dianggap memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim al-Sufi atau akrab disebut juga Abu Hasyim al-Kufi.

Tetapi pendapat lain menyebutkan bahwa tasawuf baru munculdi dunia Islam pada awal abad ke-3 hijriyahyang dipelopori oleh al-Kurkhi, *seorang masihi* asal Persia.