Rabu, 19 Agustus 2015

Tuangku Syeikh Muhammad Ali Hanafiah - Memahami Takdir

memahami rahasia taqdir kajian tasawuf

MEMAHAMI TAQDIR

Banyak sekali orang salah dalam memahami takdir. Takdir sering dikaitkan dengan sebab akibat di satu sisi, dan dikaitkan dengan kekuasaan mutlak Tuhan pada sisi yang lain. Yang berpegang pada sebab akibat seringkali mengatakan bahwa manusialah yang menentukan takdirnya sendiri atas potensi diri dan kebebasannya dalam memilih. Padahal, ketentuan Allah sama sekali tidak bergantung kepada sebab akibat.

Sebab akibat berlaku dalam logika manusia, tetapi tidak berlaku dalam takdir Tuhan. Takdir itu adalah wilayah dan urusan Tuhan, sehingga mustahil untuk memahaminya melalui logika manusia.

Sementara itu, mereka yang berpegang pada pahaman bahwa segala sudah ditentukan Allah maka manusia tinggal menerima saja dan tidak perlu berusaha. Ini pun pahaman yang keliru. Bagaimana pun, mustahil dapat memahami takdir Allah kecuali bagi hamba yang telah disingkapkan hijab di hatinya. Namun, sebagai hamba yang beriman, kita harus meyakini harus meyakini bahwa apa yang terjadi sebagai takdir kita adalah sesuatu yang terbaik untuk kita. Dalam hal ini, kita perlu meyakini tiga hal, yaitu:

1. Bahwa segala sesuatu yang telah terjadi itu sudah menjadi 
     ketentuan Allah

2. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi itu adalah rahasia dan milik 
     Allah

3. Dan bahwa apa yang sedang terjadi itu adalah kehendak Allah.

Karena takdir itu yang belum terjadi masih rahasia Allah, maka manusia punya kesempatan dan kebebasan untuk memilih apa yang dikehendakinya. Manusia baru akan mengerti takdir Allah padanya ketika ia telah menjatuhkan pilihannya. Dalam pilihan tersebut, manusia memiliki dua peran yaitu peran niat dan peran atau ikhtiar. Kedua peran inilah yang menjadi dasar penilaian Allah kepada manusia untuk diberi balasan pahala atau dosa.

Seorang hamba yang diberi kesempatan untuk memahami takdir Allah hanyalah mereka yang telah lebur dalam sifat Allah sehingga memperoleh kasyaf. Seseorang yang sudah kasyaf sehingga dapat mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi di tempat lain, atau apa yang akan terjadi kemudian, bukanlah berarti dia ahli peramal, telepati, paranormal, atau sebutan lainnya.

Kasyaf bagi seorang sufi adalah ketika ruhnya dapat hadir di luar ruang dan waktu dirinya saat itu. Ruhnya dapat hadir pada ruang dan waktu di masa lalu, dapat hadir di ruang dan waktu yang lain, atau di ruang dan waktu yang akan datang. Maka, wajar kalau Nabi Saw mengetahui bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan karena ruhnya dapat hadir di saat peristiwa itu; beliau tahu bagaimana keadaan umatnya di akhir jaman karena ruhnya bisa hadir di masa itu; Umar bin Khattab juga ketika khutbah di Madinah dapat secara tiba-tiba mengatur pasukannya di Irak karena ruhnya hadir di sana; dan seterusnya.

Pengetahuan seperti inilah yang sering disebut dengan ilmu khuduri di dalam kajian tasawuf. Jadi, kasyaf atau ilmu khuduri itu bukanlah ditampakkannya kejadian kepada seseorang, tetapi ruhnyalah yang hadir dalam ketika peristiwa itu terjadi

Ditulis oleh: DR. Zubair Ahmad
di Tariqah Qodiriah Hanafiah Facebook

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.