Selasa, 05 Desember 2017

Menimbang Kritikan Ustadz Salafi Terhadap Buku 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad


Menimbang Kritikan Ustadz “Salafi” (Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi) Kepada Ustadz Abdus Shomad,Lc.MA.

Oleh: Ustad Abu Suhail Abdirrahman.

Dunia medsos diramaikan oleh kritikan seorang Ustad “Salafi” -semoga Allah ﷻ menjadikan dia dan kita sebagai pengikut salaf yang sejati- yaitu Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi terhadap buku Ustadz Abdus Shamad Hafizhahullah yang berjudul “37 Masalah Populer”.

Saya baca sambil senyam-senyum, seolah Abu Ubaidah As-Sidawi sedang berperang fisabilillah, dengan mengatakan: “Bangkitlah wahai jiwa untuk membela agama Allah, walau akan banyak komen negatif yang akan kau hadapi.” Aduh segitunya sih .

Seolah Ustadz Abdus Shamad dengan bukunya itu adalah musuh agama Allah yang harus diperangi. Abu Ubaidah As-Sidawi sudah siap di komen negatif, tapi ajaibnya, yang mendapatkan komen negatif di dunia medsos adalah justru Ustad Abdus Shamad, khususnya dari pendukung Abu Ubaidah As-Sidawi, seperti yang saya baca sendiri Ustad Abdus Shamad disebut pendusta, keledai, .. seyeem iih. 

Lalu .. kata Abu Ubaidah As-Sidawi, dia tidak akan membantah detail, karena itu butuh berjilid-jilid buku, sebab satu masalah saja yang dibahas Ustad Abdus Shamad layak dibantah satu judul buku secara khusus.

Hmm ..., emangnya apa sih yang ingin dipertontonkan sampai berijilid-jilid?? Biar kelihatan ilmunya gitu??

Alangkah baiknya energi Abu Ubaidah As-Sidawi dan ilmunya yang “WOW” itu dipakai untuk membantah pendeta Saifuddin Ibrahim yang memperolok-olok Islam dan Nabi ﷺ, atau mengkritisi kondisi Arab Saudi yang bandulnya ke arah Liberal dan menangkapi para da’i tapi malah mengundang artis Yunani, atau menasihati para “salafiyyun” yang begitu semangat menjelek-jelekkan temu tokoh dan umat pada aksi reoni 212 di Monas. Ini bukan hoax lho.. tapi, sepertinya ini tidak seksi ya ... tidak menarik .. , lebih menarik mengkritisi Ustad Abdus Shomad.

OKE LAH para pemirsa ... langsung saja ... Yuk kita lihat lalu kita timbang kritikan Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi terhadap Ustad Abdus Shamad.

A. Masalah Aqidah.
Kata Abu Ubaidah As-Sidawi, Ustad Abdus Shamad mengikuti metode tafwidh dan ta’wil dalam menyikapi tauhid asma’ wa sifat. Lalu kata Abu Ubaidah As-Sidawi, dua metode ini diingkari para salafush shalih.

Terus terang, saya mikir panjang ... ya gak panjang-panjang juga sih. Salaf mana yang dimaksud Abu Ubaidah As-Sidawi? Sebab, istilah “Tauhid Asma wa Shifat” sebagai sebuah nomenklatur pun belum di kenal pada masa Salaf (terdahulu). Istilah “Tauhid Rububiyah”, “Uluhiyah”, dan “Asma wa Sifat” baru ada di masa khalaf (terkemudian). Jika ada yang mengatakan pembagian tauhid itu sudah ada di masa salaf, bisa dipastikan dia dusta, atau ngigau.! 

TERUS, siapa dong yang pertama kali membagi seperti itu? Dalam majalah Nurul Islam, yang diterbitkan para masyayikh Al-Azhar Asy-Syarif (Rabi’u Tsani tahun 1352H), terdapat kritikan terhadap pembagian itu.
Al-‘Allamah Yusuf Ad-Dajwiy Al-Azhariy berkata:
قولهم: (ان التوحيد ينقسم الى توحيد الربوبية و توحيد الالوهية) تقسيم غير معروف لاحد فبل ابن تيمية و غير معقول ايضا كما ستعرفه ...
Perkataan mereka bahwa sesungguhnya tauhid itu terbagi atas tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah, ini adalah pembagian yang tidak dikenal oleh seorang pun sebelum Ibnu Taimiyah dan juga tidak masuk akal sebagaimana yang akan anda ketahui..., dst.

OKE LAH, masalah ini bukan fokus kita. toh dari sini juga sudah jelas, mungkin maksud Abu Ubaidah As-Sidawi salaf yang lain kali, tapi kalau Salafnya adalah Rasulullah ﷺ, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, imam empat madzhab, ya tidak ada yang mengenal istilah “Tauhid Asma wa Sifat” di masa itu.

KEMBALI KE LAPTOP..., benarkah Ulama Salaf menolak Tafwidh?
Tafwidh itu, sederhanya ialah mengembalikan makna sifat Allah ﷻ kepada Allah ﷻ, Dialah yang tahu ilmu dan maknanya.

Apa yang dikatakan Ustad Abdus Shamad tidaklah salah, sebab Imam Al-Alusi mengomentari surat Al-A’raf ayat 54:
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Kemudian Allah bersemayam di atas ‘Arsy”

Beliau (Imam Al-Alusi) berkata:
وأنت تعلم أن المشهور من مذهب السلف في مثل ذلك تفويض المراد منه إلى الله تعالى
“Engkau telah mengetahui, bahwa yang masyhur dari madzhab SALAF dalam hal seperti ini adalah tafwidh (menyerahkan) maksudnya kepada Allah Ta’ala.”
(Kitab Ruhul Ma’aniy, 8/136)

Dalam Ruhul Ma’ani juga disebutkan:
قال اللقاني : أجمع الخلف ويعبر عنهم بالمؤولة والسلف ويعبر عنهم بالمفوضة على تنزيهه تعالى عن المعنى المحال الذي دل عليه الظاهر وعلى تأويله وإخراجه عن ظاهره المحال وعلى الإيمان به بأنه من عند الله تعالى جاء به رسول الله صلى الله عليه وسلم ...
Al-Laqqani berkata, “Kaum khalaf -sering disebut orang-orang yang melakukan takwil- dan kaum salaf -sering disebut sebagai orang yang melakukan tafwidh- telah sepakat untuk mensucikan Allah dari lafaz zhahir yang mustahil bagi Allah, menakwil dan mengeluarkan dari lafaz zhahir yang mustahil, serta mengimani bahwa hal itu adalah dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ.
(Ruhul Ma’ani, 16/160)

Apa yang dikatakan Ustad Abdus Shomad TIDAK SALAH, sebab Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:
" الْإِيمَانُ بِصِفَاتِ اللَّهِ تَعَالَى وَأَسْمَائِهِ " الَّتِي وَصَفَ بِهَا نَفْسَهُ وَسَمَّى بِهَا نَفْسَهُ فِي كِتَابِهِ وَتَنْزِيلِهِ أَوْ عَلَى لِسَانِ رَسُولِهِ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَيْهَا وَلَا نَقْصٍ مِنْهَا وَلَا تَجَاوُزٍ لَهَا وَلَا تَفْسِيرٍ لَهَا وَلَا تَأْوِيلٍ لَهَا بِمَا يُخَالِفُ ظَاهِرَهَا وَلَا تَشْبِيهٍ لَهَا بِصِفَاتِ الْمَخْلُوقِينَ ؛ وَلَا سِمَاتِ المحدثين بَلْ أَمَرُوهَا كَمَا جَاءَتْ وَرَدُّوا عِلْمَهَا إلَى قَائِلِهَا ؛ وَمَعْنَاهَا إلَى الْمُتَكَلِّمِ بِهَا . وَقَالَ بَعْضُهُمْ - وَيُرْوَى عَنْ الشَّافِعِيِّ - : " آمَنْت بِمَا جَاءَ عَنْ اللَّهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مُرَادِ رَسُولِ اللَّهِ "
“Beriman kepada Sifat Allah Ta’ala dan Nama-Nya yang telah Dia sifatkan diri-Nya sendiri, dan Dia namakan diri-Nya sendiri, di dalam Kitab-Nya dan wahyu-Nya, atau atas lisan Rasul-Nya, dengan tanpa penambahan atau pengurangan atasnya, tidak melampauinya, tidak menafsirkannya dengan apa-apa yang menyelisihi zhahirnya, tidak menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk, dan apalagi dengan pembawa berita, TETAPI MEMBIARKAN SEBAGAIMANA DATANGNYA, DAN MENGEMBALIKAN ILMUNYA KEPADA YANG MENGUCAPKANNYA, dan mengembalikan maknanya kepada yang membicarakannya. Sebagian mereka berkata: -diriwayatkan dari Imam Asy Syafi’i- : Aku beriman dengan apa-apa yan datang dari Allah, dan yang datang dari Rasulullah Shllalalhu 'Alaihi wa Sallam dengan maksud dari Rasulullah.”
(Majmu’ Fatawa, 4/2)

USTAD ABDUS SHOMAD TIDAK SALAH. sebab Al-Imam Ibnu Hajar mengutip ucapan Ibnul Munayyar sebagai berikut:
وَلِأَهْلِ الْكَلَام فِي هَذِهِ الصِّفَات كَالْعَيْنِ وَالْوَجْه وَالْيَد ثَلَاثَة أَقْوَال : أَحَدهَا أَنَّهَا صِفَات ذَات أَثْبَتَهَا السَّمْع وَلَا يَهْتَدِي إِلَيْهَا الْعَقْل ، وَالثَّانِي أَنَّ الْعَيْن كِنَايَة عَنْ صِفَة الْبَصَر ، وَالْيَد كِنَايَة عَنْ صِفَة الْقُدْرَة ، وَالْوَجْه كِنَايَة عَنْ صِفَة الْوُجُود ، وَالثَّالِث إِمْرَارهَا عَلَى مَا جَاءَتْ مُفَوَّضًا مَعْنَاهَا إِلَى اللَّه تَعَالَى
Bagi Ahli kalam, tentang sifat-sifat ini seperti ‘mata’, ‘wajah’, ‘tangan’, terdapat tiga pendapat: 
Pertama, sifat-sifat Allah adalah dzat yang ditetapkan oleh pendengaran (wahyu) dan tidak mampu bagi akal untuk mengetahuinya.
Kedua, bahwa ‘mata’ adalah kinayah (kiasan) bagi penglihatan, ‘tangan’ adalah kinayah dari kekuatan, dan ‘wajah’ adalah kinayah dari sifat wujud. Ketiga, melewatinya sebagaimana datangnya, dan menyerahkan (mufawwadha) maknanya kepada Allah Ta’ala.
(Kitab Fathul Bari, 13/390)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang surat Al-A’raf ayat 54 yang berbunyi: “Tsummastawa ‘alal ‘arsy” (kemudian Allah beristawa’/bersemayam di atas Arsy).
Kata Imam Ibnu Katsir:
وإنما يُسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح: مالك، والأوزاعي، والثوري،والليث بن سعد، والشافعي، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن راهويه وغيرهم، من أئمة المسلمين قديما وحديثا، وهو إمرارها كما جاءت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل
Sesungguhnya cara yang ditempuh oleh madzhab salafus shalih dalam hal ini, seperti Malik, Al-Auza’i, Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan lain-lain, dari kalangan Imam muslimin baik dahulu maupun sekarang. MEREKA MELEWATINYA (MEMBIARKAN) SEBAGAIMANA DATANGNYA dengan tanpa bertanya bagaimana, tanpa menyerupakan, dan tanpa mengingkari.
(Tafsir Al-Quranil ‘Azhim/Tafsir Ibnu Katsir 3/ 427)

LAGI-LAGI USTAD ABDUS SHOMAD TIDAK SALAH. sebab Imam Malik Rahimahullah pernah ditanya tentang hadits-hadits sifat lalu dia menjawab:
أمرها كما جاءت، بلا تفسير
“Biarkan saja sebagaimana datangnya, jangan tafsirkan.”
(Imam Adz Dzahabi, Siyar A’lamin Nubala’ 8/105)

Nah ... Ustad Abdus Shamad tidak salah ketika mengatakan bahwa SALAF ITU TAFWIDH, yaitu Tafwidhul ma’na ilallah, mengembalikan maknanya kepada Allah ﷻ.

Ini juga pendapat Syaikh Hasan Al-Banna Rahimahullah dalam kitab Al-‘Aqaid-nya (seorang Syaikh yang sangat dibenci oleh Abu Ubaidah As-Sidawi dan komunitasnya)..

Kata Imam Hasan Al-Banna Rahimahullah:
ونحن نعتقد أن رأي السلف من السكوت وتفويض علم هذه المعاني إلى الله تبارك وتعالى أسلم وأولى بالاتباع ، حسما لمادة التأويل والتعطيل ، فإن كنت ممن أسعده الله بطمأنينة الإيمان ، وأثلج صدره ببرد اليقين ، فلا تعدل به بديلا
Kami meyakini bahwa pendapat salaf yakni diam dan menyerahkan ilmu makna-makna ini kepada Allah Ta’ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan memangkas habis takwil dan ta’thil (pengingkaran), maka jika Anda adalah termasuk orang yang telah Allah bahagiakan dengan ketenangan iman, dan disejukkan dadanya dengan salju embun keyakinan, maka janganlah mencari gantinya (salaf).”

(Al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna, Majmu’ Ar Rasail, Hal. 368. Al-Maktabah At-Taufiqiyah)
Ini juga dikatakan Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki, yang berkata:
فإِنَّ أحدًا لا يعرفُ كيفيةَ ما أخبر الله به عن نفسه ، ولا يقف على كنه ذاته وصفاته غيره ، وهذا هو الذي يجبُ تفويضُ العلم فيه إِلى الله عزَّ وجلَ
Maka, sesungguhnya tak ada satu pun manusia yang mengetahui bagaimana caranya, tentang apa-apa yang Allah kabarkan tentang diri-Nya, dan tidak ada yang mengerti asal-Nya, Dzat-Nya, Sifat-Nya, selain diri-Nya; dan yang demikian itulah yang diwajibkan untuk menyerahkan (TAFWIDH) ilmu tentang hal itu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
(Mujmal I’tiqad A’immah As-Salaf Hal. 141)

New: Tawaran Debat Terbuka Untuk Ustadz Khalid Basalamah Dari Banser NU Lubuk Linggau

JADI... kalau gitu, apa yang dimaksud Abu Ubaidah As-Sidawi .. “Bangkitlah wahai jiwa untuk membela agama Allah, walau akan banyak komen negatif yang akan kau hadapi.”?? 

Apakah para imam salaf ini telah merusak agama Allah karena pendapat Ustad Abdus Shamad sejalan dengan para imam itu ??

Oke deh .. ini dulu aja. tunggu babak kedua .. “Benarkah Salaf Tidak Pernah Ta’wil” !??
Wallahu waliyyut Taufiq.

Download PDF Menimbang Catatan Ustadz " Salafi " Terhadap 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad disini; https://drive.google.com

Berikut:
Catatan Terhadap 37 Masalah Populer Abdul Somad Lc Dari Ustadz Ubaidah Yusuf As-Sidawi

Jadilah peran dalam suatu perjuangan umat dan jangan hanya jadi penonton, sungguh rugi diakhirnya nanti.

11 comments

Saling debat saling bela idola.
Padahal yg namanya perbedaan dari dulu sdh ada, masing2 saling membela idolanya. Masing2 saling mengejek setiap yg berbeda pendapat dgn nya.
Tingkatkan perdebatan, jgn sampai surut.. Tetap semangat menjadikan perkataan ulama sebagai senjata utk saling menyerang.. Tingkatkaaaaan..

Perdebatan yang mubadzir....

Menguliti tentang kata "istiwa" pdhl kalimah tersebut tidaklah urgen bagi ketaqwaan dan keimanan kita... Kalau untuk sekedar pengetahuan, mungkin bisa diterima... tapi kalau sudah terus-terusan diperdebatankan, rasanya sudah tidak lazim, justru malah merusak ukuwah ummat.

Lebih baik serahkan maknanya kepada Allah... yang penting kita mengimani adanya Allah dan hari akhir. adapun allah tinggal dimana, bertempat atau tidak... rasanya tidak perlu dikuliti dengan ilmu kita yang secuil ini. cukuplah ketika Allah berkata istiwa di arsy, ya kita imani kalimat tersebut tanpa menguliti terlalu jauh.

Allahu alam

Terimakasih masukannya, semoga menjadikan kita semakin dapat membuka diri dan memahami perbedaan, benar lebih baik energi ini dipersiapkan untuk menghadapi musuh Alloh yahudi dan nasrani YANG MEMUSUHI ISLAM tetapi tetap waspada dengan kaum Munafik yang akan jadi salah satu dari pasukan Dajjal kelak.

Assalamualaikum , mana lagi nih kelanjutannya, ditunggu.

Yah.. Sama saja dengan shomad

bagi yg masih awam ilmu agama.. hati2 termakan subhat..

Untuk babang abu ubaidilah as sidawi antum byk2 lagi baca kitab deh.
Liat dong murid asli syekh utsaimin yaitu ustdz abdulloh hadromi malang beliau menghormati ustdz abdul somad dgn ke ilmuan nya. Nah ini antum ngaku2 murid syeikh utsaimin padahal ngaji nya sama murid nya wkwkwk.
Suka lucu deh wkwkwkwkwk
Kalau di ibaratkan antum itu kaya anak SMA vs anak SD ahahahaha jd lucu wkwk

Saya berdoa semoga Allah subhaanahu wata'ala selalu memberi hidayah kepada kita semua.sehingga kita semua tahu mana yg benar dan mana yang salah.

Admin sgt JAHIL & TELAH RUSAK OTAKnya
, HATINYA DI PENUHI PENYAKIT Syubhat. Buku catatan yg ditulis Ustadz Abu Ubaidah As-Sidawi sungguh sgt ilmiah ,sarat dgn dalil dan hujjah yg kuat yg merontokkan dan membongkar kebobrokkan & kesesatan buku Abdul Somad Al-Kadzdzab "si Pendusta".

Untuk @Firman, alangkah baiknya jika lisan Anda tetap dijaga.

Saya tetap berpihak kepada Abu Ubaidah as Sidawi